Pages

esok pasti ada tapi esok belum pasti

Friday, March 30, 2018

Makalah Risiko pasar dan Valuta Asing



KATA PENGANTAR


Alhamdulillahi rabbil`alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.Karena berkat rahmat, hidayah, dan izin-Nya penulis diberikan kesehatan dan kemampuan untuk menulis dan menyelesaikan makalah dengan judul “Risiko Pasar dan Risiko Valas” ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita junjung pada nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman islamiyah, banyak petunjuk dan jadi pedoman umat manusia sehingga umat muslim bisa seperti sekarang ini.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan terkait mareri Manajemen Resiko terkhusus dalam lingkup jenis-jenis risiko pasar, teknik memanaj resiko pasar, jenis resiko valas, dan beberapa penjelasannya.
Ucapan terimakasih, penulis ucapkan kepada Ibu “Tulasmi, S.Ei., M.Ei.” yang telah memotivasi penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa adanya motivasi beliau, penulis tidak akan pernah dan tidak akan tahu tentang ilmu – ilmu mengenai Manajemen Resiko terlebih sampai menyelesaikan makalah ini.
Penulis yakin bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun masih banya kekurangan-kekurangan yang tertulis dalam karya ini. Kritik dan saran itulah yang diharapkan penulis agar menjadi perbaikan di masa mendatang.


Penulis            



DAFTAR ISI





PENDAHULUAN


Setelah sebelumnya telah dibahas Risiko Hukum dan Risiko Likuiditas, Risiko Kredit dan Risiko Tingkat Bunga. Kali ini akan dibahas terkait Risiko Pasar dan Risiko Valuta Asing.
Risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah yang merugikan organisasi. Misal, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham yang dibeli dengan harga Rp1 miliar. Misalkan harga saham tersebut jatuh, sehingga nilai pasar tersebut turun menjadiRp800 juta. Perusahaan tersebut mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp200 juta. Kerugian tersebut disebabkan karena harga saham bergerak ke arah yang kurang menguntungkan (dalam hal ini turun).
Kerugian ini bisa diukur dengan teknik pengukuran risiko pasar, yakni deviasi standar dan teknik VAR. Kemudian pula akan dibahas apa itu risiko pasar secara definitif, dan macam-macamnya.



PEMBAHASAN


RISIKO PASAR

A. DEFINSI RISIKO PASAR (MARKET RISK)

Market risk adalah kerugian yang diderita bank, yang mencerminkan dari posisi on dan off balance sheet bank, akibat terjadinya perubahan market risk dan asset bank, interest rate dan foreign exchange rate, market volatility dan market liquidity.
Definisi lainnya, yaitu risiko yang terkait pada terjadinya ketidakpastian atas earning suatu financial institution atau bank dalam trading portofolio-nya sebagai akibat dari terjadinya perubahan market condition, seperti: harga assets, interest rate, market volatility dan market liquidity.
Risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah yang merugikan organisasi.Misal, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham yang dibeli dengan harga Rp 1 miliar. Misalkan harga saham jatuh,sehingga nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta. Perusahaan tersebut mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp 200 juta.Kerugian tersebut disebabkan karena harga saham bergerak kearah yang kurang menguntungkan (dalam hal ini turun).
Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan.Risiko pasar sering disebut juga sebagai risio yang menyeluruh, karena sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan. Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi Indonesia 1997 dan 1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada saat presiden Marcos di ambil alih oleh kekuatan People Power hingga Corazon Aquino menjadi presiden, Amerika Serikat pada kasus Subrime Mortgage 2007, Thailand pada saat Bank Sentral Thailand melakukan devaluasi Bath yang menyebabkan terjadinya kegoncangan pada ekonomi Thailand secara keseluruhan, perang Teluk yang menyebabkan beberapa Negara  di kawasan Timur Tengah seperti Irak  dan Kuwait mengalami kegoncangan ekonomi, dan berbagai kasus yang menyeluruh lainnya.
Maka market risk adalah suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar. Empat faktor standar risiko pasar adalah risiko modal, risiko suku bunga, risiko mata uang, dan risiko komoditas.
Ada beberapa prasyarat yang menyebabkan bank berhadapan dengan market risk, yaitu:
1.      Telah terjadi perubahan harga atas market instruments dari aset bank, telah terjadi gejolak dan perubahan atas likuiditas pasar.
2.      Pada neraca bank tampak adanya long atau short position atas account valas-nya.
3.      Terdapat GAP antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive Liabilities (RSL) pada neraca bank.
BENTUK – BENTUK RISIKO PASAR
Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk yaitu:
a.    Specific market risk( risiko pasar secara spesifik)
Specific market riskyaitu risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai akibat dari perubahan harga atas suatu sekuritas tertentu. Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara khusus pada satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh.
Contohnya, Produk yang dijual oleh perusahaan tersebut dianggap mengandung bahan yang berbahaya atau bersifat haram. Contoh suatu produk makanan yang mengandung lemak babi. Secara islam makanan yang mengandung lemak babi haram hukumnya. Ketika hal itu diekspose oleh media massa baik cetak maupun elektronik akan menyebabkan terjadinya penurunan drastis pada penjualan produk perusahaan yang berpengaruh pada perusahaan laba perusahaan.
b.   General market risk (risiko pasar secara umum)
General market riskadalah risiko rerjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai akibar dari perubahan harga suatu instrumen moneter tertentu yang secara umum berpengaruh terhadap harga pasar sejumlah instrumen sekuritas.
General market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis.Contohnya pada saat bank sentral suatu Negara melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate. Di mana kebijakan menaikkan BI rate ini akan membawa pengaruh secaramenyeluruh pada seluruh sektor bisnis yang berhubungan dengan interest rate related instrument (berbagai instrument yang berhubungan dengan suku bunga). Bahwa salah satu pihak yang saling urgen dianggap langsung berhubungan dekat dengan interest rate related instrument adalah perbankan. Dengan begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan sejumlah uangnya ke bank.
1)        Kategori yang Masuk General Market Risk
Terdapat empat jenis general market risk di mana keempatnya saling memberi pengaruh, yaitu:
a.       Risiko Gejolak Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko gejolak suku bunga (interest rate risk) adalah risiko terjadinya potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari tingkat suku bunga bank (interest rate). Risiko suku bunga adalah risiko yang di alami akibat dari perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengauh bagi pendapatan perusahaan. Untuk pembahasan yang lebih dalam tentang interest rate risk ini dapat dilihat pada bab khusus membahas tentang risiko suku bunga.
b.      Risiko Perubahan Nilai Saham (Equity Position Risk)
Equity Position Risk adalah risiko terjadinya potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari price of stock dan shares.Equity position risk (risiko perubahan kekayaan) adalah suatu kondisi dimana kekayaan perusahaan (stock and share) mengalami perubahan dari biasanyan sehingga perubahan tersebut memberi dampak pada keuntungan dan kerugian karyawan.
c.       Risiko Fejolak Nilai Tukar Valas (Foreign Exchange Risk)
Foreign Exchange Risk adalah risiko terjadinya kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari foreign exchange risk terhadap posisi FX bank. Secara umum dalam ilmu keuangan dikenal dua bentuk pasar yaitu pasar modal (capital market) dan pasar uang (money market). Kedua bentuk pasar ini pada prinsipnya saling memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Di Negara Indonesia pasar modal berada dalam pengawasan menteri keuangan dalam hal ini melalui BAPEPAM-LK (Badan Pengawasan Pasar Modal dam Lembaga Keuangan), sedangkan pasar uang berada di bawah pengawasan Gubernur Bank Indonesia (BI).
Kedua jenis pasar ini saling membahu bekerjasama dalam usahanya menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif dan dinamis sehingga dengan harapan nantinya akan mampu untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Negara yang bersangkutan secara sistematis.
d.      Risiko Perubahan Nilai Komiditas (Commodity Position Risk)
Commodity Position Risk adalah risiko terjadinya kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari commodity price terhadap posisi bank yang terkait dengan kontrak komoditas. Commodity position risk (risiko perubahan nilai komoditi) adalah suatu siuasi dan kondisi dimana terjadinya kerugian akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini akan semakin parah pada saat barang komoditi tersebut telah terikat kontrak dalam suatu kontrak perjanjian (commodity contrack) serta informasi tersebut telah sampai ke pasar.
Menurut Masyhud Ali ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi terjadinya gejolak harga di pasar. Terdapat beberapa faktor yang memenuhi perkembangan dan gejolak harga atas market instruments tersebut. Faktor-faktor tersebut ada yang sangat berpengaruh kuat atas market price itu adalah sebagai berikut:
1.      Faktor-faktor Fundamental Ekonomi
Faktor-faktor yang paling berpengaruh dari perspektif jangka panjang terhadap market price ini meliputi unsur-unsur dari performance perekonomian negara. Contoh, tingkat mata uang antarnegara dipengaruhi oleh perkembangan perbandingan relatif anatara tingkat inflasi dan kinerja riil perekonomian antarnegara tersebut. Seperti: pertumbuhan ekonomi, perkuatan cadangan devisa dan lain-lain.
2.      Terjadinya Perisriwa Besar dalam Ekonomi dan Politik
Peristiwa istimewa yang terkait dengan bidang ekonomi dari politik dapat memberi pengaruh yang dramatis dalam jangka pendek terhadap market prices. Contoh, devaluasi atas nilai tukar Baht oleh Pemerintah Thailand pada Juli 1997 telah memicu terjadinya krisis moneter di sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia. Devaluasi tersebut mengakibatkan jatuhnya nilai tukar mata uang negara-negara Asia dan rontoknya harga saham gabungan di bursa.
3.      Campur Tangan Financial Authoroties
Campur tangan yang dilakukan oleh penguasa moneter atau keuangan di suatu negara dapat dianggap sebagai penghentian atasberlakunya mekanisme pasar bebas.
4.      Perimbangan Kekuatan Permintaan dan Penawaran
Kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang berbentuk dalam pasar untuk jangka pendek secara otomatis akan menentukan harga atas berbagai market instrument.
5.      Likuiditas Pasar
Aspek likuiditas inilah yang memiliki pengaruh yang besar pada market prices.
6.      Suburnya kegiatan arbitrage
Di pasar uang kegiatan arbitrage ini dapat juga dilakukan dengan melibatkan lebih dari dua mata uang yang diperdagangkan, yaitu dengan memanfaatkan cross-rate. Demikian pula kegiatan arbitrage dapat pula diterapkan untuk transaksi berbagai market instrument lainnya, seperti transaksi atas perdagangan saham.

B. KEGIATAN BANK SEBAGAI TRADER

1. Pesatnya transaksi Off Balance Sheet dan Derivative Contract
            Kegiatan off balance sheet ini bersama-sama dengan kegiatan trading lainnya yang dilakukan bank, dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan yang dicatat dalam trading book. Kegiatan dalam trading book (yang mencakup pula off balance sheet activities itu) inilah yang dalam tahun-tahun terakhir telah menjadi pusat perhatian para regulator dan banking analyst. Tidak saja sebagai akibat dari pesatnya kenaikan volume bisnis yang diakomodisasi didalamnya tetapi sekaligus juga sebagai reaksi kekhawatiran terdapatnya peningkatan atas berbagai unsur risiko yang menyelinap di baliknya.
            Trading portfolio dari suatu lembaga keuangan termasuk bank, dapat dibedakan dari investment portfolio yang tercatat dalam banking book-nya. Faktor pembedanya terletak pada aspek likuiditas dan time horizon-nya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a.       Trading portfolio mencakup unsur-unsur assets, liabilitas dan derivative contracts yang dengan cepat dapat diperjualbelikan dalam suatu organized financial market (seperti: long dan short position atas bonds, commodities, foreign exchange, equity securities, interest rate swap dan options). Artinya trading portfolio ini relatif jauh lebih likuid ketimbang investment portfolio.
b.      Sementara itu, investment portfolio (yang dalam perbankan tercatat dalam banking book itu) berisi assets dan liablities yang relatif kurang likuid dan dikelola dalam jangka waktu yang lebih panjang. Contohnya adalah: consumer dan commercial loans, retail deposits, dan lain-lain.

Dengan semakin berkembangnya sekuritisasi atas pinjaman bank pada umumnya, maka semakin luas pula cakupan aset-aset bank yang menjadi semakin likuid dan dapat diperjualbelikan. Sebagai contoh adalah berkembangnya mortgage-backed securities.
2. Strategi Bank sebagai Trader
            Kegiatan trader yang dilakukan bank dalam melakukan jual beli financial instrument dapat dilakukan bagi kepentingan dan atas nama bank sendiri. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh margin dari pergerakan harga pasar yang menentukan besarnya nilai financial instruments yang diperniagakannya itu. Dengan kegiatan seperti itu, bank sesungguhnya sedang berada dalam situasi yang mengandung risiko, yaitu jika pergerakan harga pasar yang diproyeksikannya itu ternyata meleset.
            Untuk itu, bank mengembangkan tiga jenis trading strategis bagi setiap product financial instrument tersebut, yaitu:
a.       Strategi bermain square (A matched book strategy)
Strategi ini dianggap sebagai unit strategi yang mengandung risiko yang paling kecil karena trading desk sebagai unit operasional banl, selalu berupaya membuat keseimbangan antar-account yang terkait dalam neraca bank. Sebagai contoh sederhana adalah apa yang dilakukan setiap kali bank menyetujui kontrak penjualan atau swap valas dalam jumlah tertentu pada satu nasabah? Pada saat yang sama bank akan melakukan pula pembelian atau swap valas dalam jumlah yang sama dengan bank lain.
Dengan demikian, pada sisi passiva neraca bank tercatat kewajiban delivery valas sementara pada sisi aktiva bank juga memiliki tagihan valas terhadap bank lain dalam jumlah yang sama. Hal itu yang dikenal sebagai square position. Untuk itu, bank memang hanya akan memperoleh margin yang sangat tipis berupa selisih besaran fee yang diperoleh dan dibayarkannya. Namun, risiko yang ada juga sangatlah kecil, yaitu bila terdapat perbedaan waktu yang sangat sempit antarkedua transaksi tersebut dan terdapat selisih kurs “covering” atau “hedging” pada saat yang sama dengan nilai transaksi yang sama pula
b.      Strategi irit risiko pasar (A Market risk limit strategy)
Berbeda dengan strategi pertama di atas, di sini trading desk berupaya memperoleh margin sebesar-besarnya, namun juga bersedia memikul market risk. Strategi itu dilakukan dengan mengambil posisi atas suatu produk atau market instrument tertentu dalam kegiatan trading tersebut. Keputusan dalam mengambil posisi dengan melakukan covering atau hadging itu sepenuhnya merupakan kewenangan trading desk. Namun, kewenangan itu oleh manajemen bank diberi batas (limit) potensi kerugian tertentu hingga sejauhmana trading desk boleh terus mempertahankan posisi sambil mengamati perkembangan market prices. Batas meksimum risiko kerugian yang dapat ditoleransi oleh manajemen bank tersebut sebagai market risk limit. Bila market price berkembang begitu rupa sehingga dengan posisi tertentu bank dapat menderita kerugian dengan jumlah yang akan melampaui jumlah market risk limit, trading desk bank harus segera melakukan cut-loss. Dengan cut-loss ini bank harus segera mengehntikan terus meningkatnya posisi, berupaya menguranginya dan atau segera menghentikan trading atas product market instrument tersebut.
c.       Strategi menjadi penentu pasar (A market maker strategy)
Strategi ini ditempuh jika pasar produk atau market instruments yan diperniagakannya likuid. Juga bila bank (trader) telah membangun jaringan dengan sejumlah market maker lainnya sebagai counter-party untuk mengkover atau menyerap kemungkinan terjadinya risiko.
Dalam strategi ini bank (trader) bertindak sebagai market maker dengan memberikan guotation market price-nya sendiri baik untuk harga jual, maupun harga pembelian financial market instruments tersebut. Atas dasar quoatation tersebut, bank melayani transaksi jual maupun beli bagi kepentingan counter-party-nya tersebut.
Dengan quotation itu, trader berharap dapat memperoleh profit atau margin (spread) antara harga jual dan harga beli. Market maker juga dapat memperoleh profit dengan memanfaatkan market information yang diperolehnya dari berbagai sumber secara cepat dan akurat, termasuk proyeksi perkembangan market price dari setiap produk yang diperdagangkannya itu.
Harus disadari bahwa dalam pasar dimana perubahan harga dapat berlangsung demikian cepta, langkah untuk mengambil posisi dapat menangguk keuntungan sekaligus juga menuai risiko kerugian. Dengan demikian, bank perlu disiplin dalam menerapkan strategi trading dan memonitor dengan ketat market risk limit yang telah ditetapkannya
Perkembangan terakhir dalam perbankan menunjukkan bahwa bank cenderung melakukan perubahan-perubahan strategi sehingga selalu sejalan dengan pertumbuhan dunia bisnis yang dilayaninya. Untuk itu, bank akan selalu menetapkan lebih dari satu strategi yang diterapkan untuk berbagai jenis produk yang berbeda dalam trading book-nya.
Dalam pasar keuangan dimana tidak terdapat intervensi dari penguasa moneter ataupun regulator, pasar akan berlangsung dalam suatu persaingan yang bebas. Pada pasar yang bebas itu bank-bank yang memiliki customer base yang luas dengan jumlah foreign exchange dan transaksi yang besar dapat memiliki posisi tawar retail yang tinggi. Bank-bank inilah yang kemudian mampu memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan atau gejolak harga dalam wholesale foreign exchange market tersebut.
3. Strategi bermain aman
            Market risk dapat merambah dan bercokol baik pada banking book maupun trading book. Untuk itu, bank mengantisipasinya dengan strategi bermain aman. Hal itu dilakukan melalui pengendalian posisi setiap account yang rawan serangan market risk dan melakukan hedging sejalan dengan kebijakan operasional manajemen bank.
            Posisi pada account dalam banking book, meskipun tidak ditujukan sebagai bagian dari kegiatan trading, tetap rawan serangan market risk. Hal itu dapat terjadi karena setiap account dalam neraca dinilai dengan menggunakan current foreign exchange dan interest rate sebagai acuan penilaian.
            Pengendalian atas interest rate risk dan foreign exchangerate risk ini diletakkan di bawah kendali dan menjadi tanggung jawab dari divisi treasury dalam organisasi bank. Divisi ini mengendalikan dealing room yang dikelola oleh para trader dalam menentukan posisi account yang sensitif terhadap perubahan market price itu. Biasanya tiap trader itu memperoleh limit kewenangan yang berbeda-beda dalam mengambil market risk position tersebut, tergantung pada senioritas, pengalaman dan kemampuannya masing-masing. Dengan kewenangan itu, para trader dapat melaksanakan dealing dan membuat komitmen atas nama bank. Oleh karena itu, kegiatan para trader ini perlu pengawasan ketat untuk memastikan bahwa hal itu telah didasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya yang efektif dalam mengandalikan risiko.

C. MEDIA TRANSAKSI YANG DIGUNAKAN

            Market risk dan treasury risk dalam perbankan merupakan jenis-jenis risiko yang paling banyak terkait dengan kegiatan trading yang dilakukannya. Melalui trading instruments yang dipergunakan bank dalam kegiatan tersebut, Kedua jenis risiko itu merambah account, baik yang terdapat dalam trading book maupun banking book sekaligus. Dengan semakin luasnya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat trading instrument yang dipergunakan untuk itu pun semakin banyak. Dalam upaya bank dalam menyiasati agar dapat mengendalikan berbagai jenis risiko yang menyertai kegiatan itu, telah berkembang pula pola-pola transaksi dengan berbagai pengembangan dari trading instrument  yang digunakan.  Di samping jenis trading instrument yang kompleks, terdapat pula jenis trading instrument yang “polos” karena tidak dikaitkan dengan berbagai features dalam transakssi yang komplek itu yang disebut sebagai “vanilla products”. Namun demikian, lepas dari kerumitan yang terkait di dalamnya, atas setiap produk tersebut tetap dapat diuraikan  seberapa banyak dan besar unsur- unsur risiko yang terkandung di dalamnya. Hal itu dapat diketahui dengan menganalisis price model atau dengan cara melakukan observasi atas perubahan nilai transaksi yang terkait pada beberapa skenario perubahan market price.
Sesungguhnya dari definisi yang  menjelaskan perihal suatu instrumen tertentu akan selalu dapat diidentifikasikan risiko-risiko apa saja yang terdapat di dalamnya, tentunya lepas dari underlying currency yang digunakan dalam transakssi tersebut. Dapat dipastikan bahwa pada semua transaksi di mana trading instrument yang digunakan dinilai dalam currency yang berbeda dengan yang digunakan dalam pembukuan bank, pastilah akan terkandung di dalamnya foreign exchange risk.
Diketahui dalam dua puluh tahun terakhir telah terjadi perubahan yang pesat dalam pengembangan produk-produk inovatif dalam perbankan. Di samping itu memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat, sebagian dari upaya perbankan itu ditujukan untuk  menyiasati agar dalam trading activities yang dilakukannya, bank dapat sekaligus mengendalian risiko-risiko  yang terkait di dalamnya. Sebagai contoh inovasi dalam perbankan adalah pengembangan atas produk derivative. Salah satu aspek penting  di dalam hampir semua jenis derivative product tersebut adalah bahwa di dalam transaksinya tidak terjadi perpindahan atas principal amount sama sekali.
Aspek itulah yang menyebabkan mengapa transaksi atas derivative product itu disebut sebagai “contract for difference”. Karena perubahan yang terjadi pada transaksi product derivative itu adalah harga relatif dari underlying cash instrumentnya sendiri.
Dengan penggunaan derivative product pada transaksi seperti itu, para pihak yang terkait di dalamnya terbebas dari (atau paling sedikit dapat mengurangi) terjadinya risiko kredit (credit risk) dan risiko settlement (settlement risk).
Demikianlah berdasarkan latar belakang penjelasan itu, trading instrument dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :
1.      Media cash (cash instrument); dan
2.      Media derivative (derivative instrument), yang meskipun underlying instrument yang terkait tetap berupa cash, namun perubahan yang terjadi sebagai akibat dari transaksinya adalah relative pricenya semata.
1.      Media Cash (cash instruments)
a.       Transaksi Valas
Transaksi valas (foreign exchange transactions) tidak lain merupakan kesepakatan antara yang bertransaksi untuk mempertukarkan satu jenis currency dengan jenis currency  lainnya pada suatu waktu atau tanggal tertentu di masa depan.
Foreign exchange transactions yang berlangsung di seluruh pusat-pusat pasar uang utama di dunia yang membentuk global foreign exchange trading itu kini telah menjadi salah satu pasar finansial terbesar di dunia.  Menurut survey yang diselenggrakan dalam tahun 2004 antara lain oleh Bank for Internbational Settlements, volume global foreign exchange trading tersebut telah mencapai USD 1,9 trilliun per hari. Disebutkan pula bahwa currency  yang paling banyak diperdagangkan adalah USD, EURO,Japanese Yen, dan British Pound.
b.      Transaksi Atas Loans dan Deposits
Trading atas produk penyediaan pinjaman (Loans) dan penempatan dana (deposits) ini dilakukan antarbank pada tingkat suku bunga tetap (fixed) untuk suatu jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. Jatuh waktu pinjaman dan penempatan dana tersebut bervariasi antara jangka waktu overnight hingga lima tahun, meskipun pada umumnya kurang dari satu tahun, bunga dibayarkan pada saat bersamaan ketika principal jatuh waktu, kecuali untuk berjangka lebih dari setahun, bunga dibayar setiap genap setahun. Praktik yang saling menempatkan dan memberikan pinjaman antarbank di Indonesia ini popular dilakukan melalui PUAB (pasar uang antar bank). Trading atas produk ini antarbank dimanfaatkan untuk mengambil posisi yang lebih menguntungkan dalam mengantisipasi terjadinya pergerakan suku bunga bank.  Demikian pula transaksi itu dilakukan antarbank untuk mengatasi kemungkinan mismatch dalam pendanaan dan pemberian kredit jangka pendek sekaligus menutup gap liquiditas dalam PUAB. Mengingat perubahan-perubahan atas  tingkat suku bunga pendanaan dan suku bunga kredit sering kali belum tentu berjalan sebanding, trading product berupa loans dan deposits ini mengandung unsur interest rate risk di dalamnya.
c.       Transaksi Atas Bonds (Obligasi)
Bond atau obligasi adalah suatu instrument utang jangka panjang yang transferable yang diterbitkan oleh seorang peminjam (borrower) atas suau penerimaan jumlah uang yang diterima dari seorang investor atau holder.
Si penerbit bond ini terikat kewajiban untuk membayar kepada holder suatu jumlah bunga yang ditetapkan secara spesifik (dalam suatu bentuk bukti pembayaran bukan kupon). Pembayaran bunga ini dilakukan secara periodic dengan interval waktu tertentu,  sepanjang jangka waktu pinjaman obligasi tersebut, sedangkan pelunasan seluruh pokok pinjamannya itu dilakukan sekaligus pada saat jatuh waktu (at maturity date).
Bonds diterbitkan oleh beragam organisasi atau perusahaan- perusahaan besar yang tentunya telah memiliki rating bagus dan dikenal masyarakat.  Ragam features bond bervariasi yang umumnya mengandung financial incentive tertentu utntuk menarik minat investor.  Namun, terdapat pula bentuk obligasi dengan ketentuan tingkat suku bunga dan cara pembayaran bunga serta serta pelunasan pinjaman pokok yang  standar yang disebut sebagai “vanilla  bond”. Market price obligasi ini dipasar sekunder dipengaruhi oleh perkembangan tingkat suku bunga bank secara umum dan juga ditentukan oleh bonafiditas atau financial standing penerbit obligasi ini melalui rating yang diterbitkan berbagai lembaga rating seperti : Standart & Poor’s , Moody’s Investors Service, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ini menyajikan gambaran berbagai risk sensitive grade yang mewakili besarnya credit risk bonds tersebut yang sekaligus merupkan cerminan dari financial standing issuer. Tingkat risk sensitive itu berjenjang mulai dari grade terbaik AAA yang mewakili penerbit bonds yang memiliki kemampuan sangat kuat atas pelunasan bunga dan pokok pinjaman hingga grade D yang mewakili penerbit bonds yang memiliki kemampuan sangat kuat atas pelunasan bunga dan pokok pinjaman hingga grade D yang mewakili penerbit bonds in default.
d.      Transaksi Atas Saham
Equity Trading adalah perdagangan atas saham-saham perusahaan publik yang listed dan dilakukan di pasar bursa saham di seluruh dunia. Di Indonesia perdagangan atas saham-saham tersebut dilakukan di BEJ (Bursa Efek Jakarta) dan BES (Bursa Efek Surabaya).
Memiliki saham berarti memiliki bukti kepemilikan atas perusahaan yang menerbitkan saham-saham tersebut. Saham-saham yang telah dijual kepada publik dan tercatat di bursa saham ini diperdagangkan melalui bursa saham tersebut. Dengan terjadinya transaksi atas jual beli saham-saham itu, di bursa saham tercatat perkembangan harga saham pada setiap hari bursa. Harga yang terbentuk di bursa saham tersebut oada dasarnya mencerminkan gambaran persepsi investor dalam pasar atas nilai perusahaan mutakhir dan perkiraan perkembangan nilai perusahaan di masa depan. Dengan yterjadinya kegiatan perdagangan saham itu, maka terjadi perubahan-perubahan kekuatan penawaran dan permintaan pasar saham-saham tersebut di bursa saham yang tercermin dari fluktuasi harga saham tersebut.
e.       Transaksi Atas Komoditas (Commodity Trading)
Commodity trading adalah trading yang merupakan transaksi penjualan dan pembelian atas physical products di pasar sekunder. Transaksi jual beli ini mencakup produk-produk pertanian,pertambangan, seperti minyak bumi danmetal berharga. Produk yang diperjualbelikan itu dilakukan utuk delivery pada suatu lokasi tertentu pada tanggal atau waktu yang disepakati. Seperti halnya dengan valas pada commodity trading ini dikenal pula perdagangan spot dan forward bagi berbagai jenis produk dengan berbagai variasinya masing-masing. Sebagai contoh, terdapat trading atas berbagai jenis product oil dengan harga serta delivery time yang berbeda-beda. Posisi tagihan ataupun kewajiban atas commodity trading dalam neraca bank dapat menimbulkan commodity risk. Sementara itu, posisi atas commodity trading yang dilakukan secara forward dapat pula menyebabkan timbulnya interest rate risk sama seperti berlaku pada transaksi forward atas valas.
2.      Media Derivatif
Dengan mengacu pada penjelasan-penjelasan di atas dapat dikelompokkan menjadi dua jenis market risk, yaitu sebagai berikut.
-          Specific market risk, yaitu resiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai akibat dari perubahan harga atas suatu sekuritis tertentu. Di sini perubahan harga itu secara spesifik dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu atau oleh peristiwa yang menimpa issuer-nya sendiri.
Sebagai contoh, jatuhnya nilai jual suatu sekuritas, seperti: bond (obligasi) tertentu (misalnya bond A) yang merupakan imbas dari merosotnya nilai rating yang diberikan oleh Lembaga Rating terhadap issuer (penerbit) bond A itu sendiri. Peristiwa ini tentu saja tidak berpengaruh atas nilai jual bond yang diterbitkan oleh issuer lainnya dan tidak pula berpengaruh terhadap nilai jual dari sekurutas bond pada umumnya. Namun, jatuhnya harga jual bond A tersebut telah menyebabkan nilai aset bank yang memegang kepemilikan bond A tersebut akan ikut menurun karennya.
-          General rmarket risk adalah resiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai akibat dari perubahan harga suatu instrumen moneter tertentu yang secara umum berpengaruh terhadap harga pasar sejumlah insterumen sekruitas.
Sebagai contoh, naik-turunnya tngkat suku bunga bank resmi atau offical tentu akan berpengaruh pada tingkat suku bunga perbankan lainnya dan berpengaruh pula pada nilai pasar instrument atau sekruitas lainnya, khususnya seluruh interest rate-related instrument.
Terdapat empat jenis general market risk dimana keempat-empatnya tidaklah bersifat mutually exclusive. Masing-masing jenis resiko tersebut satu sama lain dapat saling memberi pengaruh.
Keempat jenis general market risk yang dimaksud meliputi sebagai berikut.
1.            Risiko Gejolak Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko akibat teerjadinya gejolak suku bunga (interest Rate Risk) adlah resiko terjadinta potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari tingkat suku. 
Sebagai contoh: treasure yang mengambil posisi dalam kegiatan derivative interest rate-related instrument tertntu akan merugi atau memperoleh keuntungan bila terjadi perubhan ten penggerakan suku bunga. Tresure ini dapat mengambil long position atau short position atas interset rate-related insterument-nya itu pada neraca. itu dilakukannya pada bagaimana prediksinya atas tren tingkat suku bunga di masa depan tersebut.
2.      Risiko Perubahan Nilai Saham (Equity Position Risk)
Adalah risiko terjadinya potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pegaruh buruk dari price of stocks dan shares
Sebagai contoh:prediksi kemungkinan terjadinya perubahan harga suatu saham tertentu di pasar modal dapat menimbulkan potensi kerugian atau sebaliknya memberikan potensi keuntungan. Hal itu terjadi bila treasure mengambil keputusan untuk menahan atau menjual suatu saham tertntu.
3.      Risiko Gejolak Nilai Tukar Valas (Foreign Exchange Risk)
Merupakan risiko yang terjadi pada suatu potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari foreign exchange rates terhadap posisi FX bank.
Foreign exchange risk ini juga terkait dengan semua jenis exchange rate-related product dan posisi ling atau short atas suatu produk dan account mata unag valas yang terdapat pada neraca bank.
Contonya: peristiwa krisis moneter di beberapa negara Asia, termasuk di indonesia yang dimulai sejak bulan juli 1997. Krisis ini dipicu oleh terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap valas (terutama terhadap USD) secara tajam atau buruk dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini terjadi sebagai imbas dari Devaluasi Baht oleh Bank Sentral Thailand. Kemerosotan nilai tukar rupiah atas valas tersebut telah menimbulkan krisis dan kerugian besar pada bank-bank devisa, termasuk pula unit-unit usaha yang memiliki pinjaman valas dan tidak dilindungi oleh hedging.
4.      Risiko Perubahan Nilai Komoditas (Commodity Position Risk)  
Merupakan risiko terjadinya potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari commodity prices terhadap posisi bank yang terkait dengan kontrak komoditas. Risiko ini terkait pula dengan semua commodity-related product position pada on balance sheet dan setiap derivative commodity positions dalam kegitan off balance sheet bank.
Contoh: kerugian yang diderita oleh invesment bank yang melakukan trading atas commodity derivative products sebagai akibat dari terjadinya volatility atas harga dari suatu commodity tertentu.

D. TEKNIK PENGUKURAN RISIKO PASAR

A.  Deviasi Standar[1]
Jika kita mengetahui distribusi suatu variabel, maka kita melakukan banyak hal, seperti menghitung probabilitas nilai tertentu akan muncul. Jika kita membicarakan distribusi normal, maka kita hanya akan memerlukan dua parameter yaitu nilai rata-rata (atau disebut juga sebagai nilai yang diharapkan) dan deviasi standarnya. Dengan dua parameter tersebut, kita bisa melakukan banyak hal seperti menghitung probabilitas nilai tertentu. Konsep deviasi standar, distribusi normal, nilai rata-rata menjadi landasan bagi perhitungan VAR.
Bagan 1. Kurva Normal
https://anitaharum.files.wordpress.com/2013/11/kurvanormalbakuok_thumb.png?w=645
Deviasi standar dipakai untuk menghitung penyimpangan dari nilai rata-rata. Semakin besar deviasi standar, semakin besar penyimpangan. Penyimpangan dipakai sebagai indikator risiko. Semakin besar penyimpangan, semakin besar risiko.
Perhitungan deviasi standar bisa digunakan formula sebagai berikut ini
            E(R) = ∑Ri / N
            σR2 = ∑(Ri – E(R))2 / (N – 1)
             ÏƒR = (σR2) 1/2
B.   Internal Model  / Value at Risk (VaR)
Value at Risk merupakan metode pengukuran risiko dengan menggunakan pendekatan statistik.  Difinisi VaR adalah :  “Probabilitas maksimum potensial kerugian yang mungkin timbul dari suatu outstanding portfolio dengan tingkat keyakinan (confidence level) tertentu untuk horizon waktu yang tertentu”, Value at Risk dapat dimanfaatkan untuk:
-     Mengestimasikan potensial kerugian portfolio yang dikelola bank.
-     Monitoring risiko portfolio.
-     Sebagai alat informasi kepada manajemen.
-     Menentukan modal  yang harus disediakan untuk meng-cover risiko pasar.
Metode Pengukuran VaR.
Terdapat 3 (tiga) jenis metode yang dapat digunakan untuk menghitung risiko pasar dengan menggunakan VaR,  yaitu   :
a.       Historical method.
Merupakan metode yang menggunakan sekumpulan data historis aktual dari faktor pasar (misal tingkat suku bunga) selama jangka waktu tertentu untuk menentukan aktual distribusi perubahan nilai portfolio. Nilai aktual portfolio yang diperoleh akan menghasilkan nilai positif (gain) atau negatif (loss) sesuai perubahan aktual data yang digunakan. Selanjutnya nilai aktual portfolio tersebut diurutkan (ranking) dari positif terbesar sampai negatif terbesar. Sesuai dengan tingkat keyakinan yang dipilih, maka akan diperoleh nilai VaR. Metode ini kurang dipergunakan oleh beberapa bank.
b.      Analytical Method.
Merupakan metode pengukuran VaR yang melibatkan volatilitas dan korelasi diantara aset yang ada dalam portfolio. Disamping itu, metode ini juga menggunakan model matriks dan asset variance covariance. Sering juga disebut dengan metode Variance Covariance.
c.       Monte Carlo Method
Merupakan metode pengukuran VaR dengan menghasilkan berbagai alternatif skenario dari data yang dimasukkan. Penggunaan metode ini secara umum lebih mudah dilakukan dengan menggunakan piranti yaitu “software” khusus yang akan memudahkan dan mempercepat hasil pengukuran.

RISIKO VALUTA ASING

1.1 Definisi

Risiko valuta asing merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan, terutama pada saat dikonveksikan dengan mata uang domestik.[2]

1.2 Menghindari Risiko Valuta Asing

Dalam situasi era globalisasi sekarang ini aktivitas keuangan tidak lagi mengenal tidak batas sehingga kemungkinan berbagai pihak bisa terlibat dalam kondisi yang menguntungkan dan merugikan. Maka lembaga keuangan khususnya perbankan adalah pihak yang paling signifikan menerima pengaruh atau dampak risko dari kondisi ini. Sebenarnya risiko valas ini juga dialami oleh banyak perusahaan multinasional karena disebabkan keterlibatan mereka yang begitu dalam pada mata uang asing tersebut.
Ada tiga cara yang lazim ditempuh oleh suatu perbankan guna menghindari risiko ketidakpastian ini, yaitu:
a.       Accounting/translation exposure
Melakukan kebijakan untuk mengkonversi aktiva dan pasiva perusahaan dalam bentuk valas yang jangka panjang ke dalam bentuk mata uang domestik negara yang bersangkutan. Tujuan penerapan ini adalah untuk konsolidasi dan pelaporan.
b.      Transaction exposure
Melakukan kebijakan berupa perlakuan pendapan dan biaya dalam valas dalam tahun buku yang akan datang dan selanjutnya melakukan analisa pengaruhnya terhadap laba bersih atas potensi kemungkinan timbulnya perubahan-perubahan dalam kurs valuta asing.
c.       Economic exposure
Melakukan research dan analisis secara mendalam terhadap trend kurs valas yang terjadi pada masa yang akan datang, mengkajinya dalam bentuk hubungannya dengan kondisi dari ekspor dan impor serta sebagainya pada kondisi jangka panjang.

1.3 Antisipasi Perusahaan dalam Menghadapi Fluktuasi Valuta Asing

Semakin besar cadangan yang dimiliki maka semakin memberikan kenyamanan bagi keuangan suatu perusahaan namun begitu pula sebaliknya, jika cadangan yang dimiliki adalah kecil maka kondisi fluktuasi yang akan dialami oleh perusahaan tersebut adalah sangat rentan. Jika suatu perusahaan keterlibatan bisnisnya adalah lebih banyak bersifat domestik maka tentu maksimalitas cadangannya adalah dalam bentuk mata uang domestik, namun jika lebih banyak terlibat dalam bisnis skala internasional tentu cadangannya dalam bentuk uang asing. Atau secara sederahana cadangan tersebut dapat dilihat sebagai hedging atau lindung nilai terhadap kejadian-kejadian yang menyangkut dengan perubahan dari mata uang suatu negara.
Perusahaan dapat mengambil keputusan guna melindungi aktivitas bisnisnya dari kondisi fluktuatif yang mampu memberi dampak pada kerugian perusahaan, yaitu:
a.       Menghindari pembelian barang dalam bentuk mata uang asing ketika jika itu tidak diperlukan.
b.      Menghindari pembelian barang baru walaupun harganya rendah karena dalam kondisi mata uang asing yang bersifat fluktuatif memungkinkan barang tersebut kembali mengalami penurunan yang jauh lebih murah seiring dengan penurunan nilai mata uang asing.
c.       Jika ada barang di gudang yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran dan jumlah barang tersebut dianggap tidak efektif. Dalam artian daripada tersimpan dalam jumlah yang banyak di gudang sementara perusahaan membutuhkan dana maka ada baiknya barang tersebut dijual dan digantikan dengan yang lain namun memiliki nilai jual yang tinggi.

1.4  Risiko Investasi yang Berasal dari Hot Money

Pemerintah Indonesia saat ini berusaha untuk mengundang masuknya investor yang berasal dari luar negeri untuk melakukan invetasi  di dalam negeri. Undangan ini dilakukan dengan harapan pada saat para investor dari luar negeri menanamkan investasi didalam negeri maka akan memberi pengaruh bagi ertumbuhan ekonomi serta mampu menampung lapangan pekerjaan atau bisa mengurangi pengangguran. Kondisi yang selalu berusaha menciptakan kenyamanan agar masuknya investasi asing kedalam negeri sebenarnya harus dilakukan secara berhati-hati dan penuh kontrol yang dalam.Dengan tujuan menghindari berbagai macam permasalahan yang tidak diinginkan kedepannya, seperti masuknya hot money. Dana yang berasal dari hot money artinya dana tersebut masuk dan memungkinkan secara tiba-tiba bisa ditarik kembali oleh pemiliknya dan ini memiliki permasalahan lebih jauh yaitu pada jatuhnya nilai tukar mata uang domestik.

1.5 Risiko Berutang dalam Mata Uang Asing

Bagi banyak perusahaan dan juga perbankan berusaha untuk memiliki cadangan mata uang asing misalnya dolar Amerika agar pada saat kewajibannya dalam membayar pinjaman dalam mata uang dolar Amerika tersedia sehingga tidak perlu repot harus mencari dolar lagi terutama pada saat dolar mengalami kelangkaan di pasaran. Dalam dunia bisnis manajemen berutang adalah suatu yang diperbolekan. Dari konsep struktur modal ditekankan sekali bahwa jika utang tidak boleh melewati batas kekayaan yang dimiliki. Namun jika ternyata utang tersebut telah melewati batas kekayaan yang dimiliki dan tidak mampu dibayar lagi maka itulah yang disebut dalam kasus perbankan sebagai kredit macet. Berutang dalam mata uang asing selama ini mungkin dianggap bunganya jauh lebih rendah dibandingkan dengan mencari pinjaman dana dari lembaga pemberi pinajaman dalam negeri seperti perbankan misalnya. Tetapi harus dimengerti bahwa mata uang asing sering mengalami pergerakan ketidakstabilan karena faktor seperti salah satunya  penerapan sistem bunga mengambang yang diterapkan BI dalam kebijakan moneternya. Situasi pinjaman dalam mata uang asing bertambah parah jika seandainya pinjaman tersebut lebih banyak dipakai untuk bisnis di dalam negeri dan pangsa pasarnya pun berasa di dalam negeri. Sehingga pada saat nilai tukar mata uang asing mengalami fluktuasi maka para pengusaha harus mengembalikan pinjaman itu denga situasi yang rugi, dan bila berkelanjutan dapat menyebabkan kebangkrutan.
Menurut Prof. Ricardo Hausman dari School of Goverment, Harvard University dalm makalah yang dipresentasikan di Chulalongkorn University pada Oktober 2001, mengatakan bahwa bahaya utang dalam empat kategori;[3]
1.            Avoid short-term domestic public debt, it can kill you! (Hindari utang publik dalam negeri yang berjangka pendek, itu bisa membunuhmu)
2.            But short-term debt in foreign currency can also kill you! (Utang jangka pendek dalam mata uang asing juga bisa membunuhmu)
3.            Dollar debt can kill you! (Pinjaman dalam bentuk dollar juga bisa membunuhmu)
4.            ...and even if they do not, the currency mismatches they generated make monetary policy less efective (...dan bahkan jika mereka/utang luar negeri tidak membunuhmu, problem kurs yang mereka ciptakan akan membuat kebijakan moneter menjadi tidak efektif)
Mungkin dari pendapat di atas dapat ditangkap bahwa manajmenen berutang adalah suatu yang dibolehkandan itu juga biasa terjadi dalam dunia bisnis, namun sebuah tindakan yang tidak hati-hati akan menyebabkan perusahaan atau organisasi tersebut berada dalam posisi sulit bahkan tidak mungkin pada akhirnya menutup usaha (bankruptcy). Sehingga dari segi konsep capital structure (struktur modal) ditekankan sekali bahwa jika utang itu sangat tidak boleh melewati batas shareholder’s equity (kekayaan yang dimiliki). Namun jika ternyata loan (utang) tersebut telah melewati batas shareholder’s equity dan tidak mampu dibayar lagi maka itulah yang disebut dalam kasus perbankan sebagai kredit macet.

1.6 Mengurangi Risiko Valas[4]

Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah dengan cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka dapat dilakukan “Hedging”. Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang asing. Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas, serta mengurangi variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui hedging. Teknik-teknik hedging yang pada umumnya digunakan untuk mengatasi transaction exposure antaralain adalah:
 a. Forward Hedge
Cara yang paling sederhana dalam menghilangkan transaction exposure adalah dengan melakukan forward hedge. Forward hedge memungkinkan perusahaan untuk mematoknilai valas untuk masa depan, yang sudah ditentukan sejak hari ini. Misalnya, sebuah perusahaan AS mengekspor ke Eropa, dan akan menerima pembayaran sebesar €50,000 dalam 90 hari ke depan. Spot Rate saat ini adalah $1.3950/€, sementara 3 month forward rate adalah $1.3840/€. Dengan melakukan forward hedge, maka dalam 3 bulan mendatang perusahaan AS akan menerima €50,000 dan menukarkannya padarate $1.3840/€, dan menerima $62,900. Meskipun lebih kecil dari perkiraan $69,750 tanpa hedging, namun dengan melakukan forward hedge berarti mengeliminasi transaction exposure.Tanpa melakukan hedging, maka perusahaan terekspos oleh risiko pergerakan mata uang asing, bisa mendapatkan keuntungan ataupun kerugian. Keunggulan menggunakan forward hedge yakni seandainya rate forward memprediksi spot rate di masa depan dengan tepat, maka real cost of hedging adalah nol. Kekurangan dari forward hedge antara lain adalah bisnis kecil kadang tidak dapat mengaksesnya, karena bank terekspos risiko bahwa perusahaan tidak memenuhi kontrak forward hedge tersebut. Perusahaan yang creditor thinness-nya kurang baik juga bisa ditolak oleh bank.Sehingga, salah satu opsi lainnya yakni dengan melakukan futures hedge.

 b. Futures Hedge
Konsep dalam forward dan futures hedge pada dasarnya sama, yang berbeda adal
ah mekanismenya. Jika forward maka counter party adalah bank, maka dalam futures mekanismenya adalah menggunakan. Kelemahan dari metode ini adalah penggunaan marked to market, sehingga dalam pergerakan harian bisa tercipta mendapatkan keuntungan ataupun kerugian, dan jika margin tidak cukup kuat, maka bisa terkena callmargin.

 c. Money Market Hedge
Hedging di pasar uang yakni aktivitas lindung nilai untuk utang maupun piutang di masa depan, dengan cara mengambil posisi di pasar uang. Money market hedge meliputi aktivitas meminjam dan berinvestasi dengan mata uang yang berbeda.Misalnya, jika sebuah perusahaan punya piutang sebanyak $100,000, maka terekspos risiko jika nantinya Dollar melemah terhadap Rupiah.Untuk mengeliminasi risiko tersebut, maka perusahaan bisa mengambil pinjaman dalam Dollar, menukarnya ke Rupiah, kemudian berinvestasi pada pasar uang. Selanjutnya hasil pembayaran piutang tersebut akan digunakan untuk melunasi pinjaman.
 d. Currency Option Hedge
Hedging menggunakan option yakni dengan menggunakan hak beli atau hak jual sejumlah mata uang asing pada tingkat harga tertentu untuk melakukan lindung nilai.Hedging options memungkinkan perusahaan untuk melindungi risiko pergerakan mata uang asing yang tidak diharapkan, juga memungkinkan perusahaan untuk menanggung untung.
e. Alternatif Strategi Mengurangi Risiko Valas
Pertama, sangat penting bagi eksportir untuk mengenal mitra dagang dan Negara tujuan ekspor dengan baik sehingga dapat menemukan cara untuk memotong biaya. Kedua, cermati dan hitung komponen bisnis yang memiliki risiko terpengaruhi oleh perbedaan nilai valas, yaitu segala transaksi yang menggunakan mata uang asing  Ketiga, upayakan “natural hedging” yakni pengeluaran dan pembelian dalam mata uang yang sama. Namun, jika tidak biasa, gunakan fasilitas linding nilaai valas dari bank yang dipercaya Sumber majalah SWA hal 53 Contoh Dalam sebuah investasi yang membutuhkan mata uang asing sebagai transaksi, misalkan US$, apabila US$ menguat sedangkan Rupiah melemah akan membuat investor yang akan menanamkan modalnya dengan US$ akan membuat rugi, karena Rupiah yang harus dikeluarkan semakin banyak. Strategi Perusahaan atau pihak yang bergerak di jenis investasi ini sebaiknya melakukan tindakan mengantisipasi atau meminimalisir resiko dengan melakukan hedging.




PENUTUP

KESIMPULAN

Market risk adalah kerugian yang diderita bank, yang mencerminkan dari posisi on dan off balance sheet bank, akibat terjadinya perubahan market risk dan asset bank, interest rate dan foreign exchange rate, market volatility dan market liquidity.
Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk yaitu:
a.         Specific market risk( risiko pasar secara spesifik)
b.         General market risk (risiko pasar secara umum)
1)         Kategori yang Masuk General Market Risk
Terdapat empat jenis general market risk di mana keempatnya saling memberi pengaruh,
yaitu:
a.         Risiko Gejolak Suku Bunga (Interest Rate Risk)
b.         Risiko Perubahan Nilai Saham (Equity Position Risk)
c.         Risiko Fejolak Nilai Tukar Valas (Foreign Exchange Risk)
d.         Risiko Perubahan Nilai Komiditas (Commodity Position Risk)
Teknik Pengukuran Risiko Pasar, terdiri dari berbagai macam;
A.        Deviasi Standar
B.        Internal Model  / Value at Risk (VaR)
Risiko pasar maupun risiko valas, keduanya sama-sama tidak mudah untuk dikelola. Jika tidak berhati-hati dalam mengambil tindakan, maka risiko mungkin bisa terjadi dari keduanya. Untuk itu, lebih berhati-hati, dan memiliki siasat atau strategi yang baik dalam menghindari risiko pasar maupun risiko valas.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu diharapkan saran dan kritik yang membangun agar ke depannya bisa mengkaji dan menuturkannya lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

·         Hanafi, Mamduh M., Manajemen Risiko. 2006. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
·         Fahmi, Irham, Manajemen Risiko; Teori, Kasus, dan Solusi. 2011. Bandung; Penerbit Alfabeta.
·         http://pajarmuji.blogspot.co.id/
·         https://belajarperbankangratis.blogspot.co.id/2012/09/metode-pengukuran-risiko-pasar-bassel-ii.html



[1] Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko. 2006. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hal. 145-146.
[2] Irham Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi. 2011. Bandung: Penerbit Alfabeta.
[3] Irham Fahmi, Manajemen Risiko; Teori, Kasus, dan Solusi. 2011. Bandung; Penerbit Alfabeta. Hal. 90.